Katoliknews.com – Menjelang beatifikasi Carlo Acutis pada Minggu 10 Oktober 2020, orang-orang yang mengenal anak muda yang dikenal sebagai programmer komputer itu berbagi kenangan tentang cintanya untuk orang-orang miskin.
“Dengan tabungannya, dia membeli kantong tidur untuk para tunawisma dan pada malam hari dia membawakan mereka (para tunawisa-red) minuman hangat,” kenang Antonia Salzano, ibunda Acutis, dalam sebuah acara di Assisi pada 5 Oktober.
“Carlo Acutis berkata, uang yang dimilikinya lebih baik untuk membantu orang lain daripada sekadar membeli sepatu baru,” kenang ibunda Acutis.
Remaja Italia yang menyukai sepak bola dan game itu, juga menghabiskan waktunya menjadi sukarelawan di dapur umum di Milan yang dikelola oleh para Kapusin dan Misionaris Cinta Kasih-kongregasi yang didirikan oleh Bunda Teresa dari Kalkuta.
“Sejak kecil dia menunjukkan kasih yang besar terhadap orang lain. Cintanya luar biasa, pertama-tama untuk orang tuanya dan kemudian untuk orang miskin, tunawisma, yang terpinggirkan, dan para lansia yang ditinggalkan dan sendirian,” kata Nicola Gori, postulator beatifikasi Acutis.
“Dia menggunakan tabungan dari uang saku mingguannya untuk membantu para pengemis dan mereka yang tidak punya tempat tinggal. Dia mengorganisir pameran penggalangan dana di paroki untuk membantu karya misi.”
Acutis akan dibeatifikasi di Assisi di Basilika Santo Fransiskus pada 10 Oktober. Ia dimakamkan di Assisi pada tahun 2006 atas permintaannya karena cintanya kepada Santo Fransiskus Assisi, santo pelindung orang miskin.
“Carlo memiliki ikatan khusus dengan Assisi. Dia memiliki Assisi di dalam hatinya. Dia bilang itu kota di mana dia merasa paling bahagia,” tutur Salzano, ibunya.
Salah satu tempat favorit Acutis untuk berdoa di Assisi adalah Porziuncula – gereja kecil dari abad keempat yang sekarang terletak di dalam Basilika Santa Maria Para Malaikat, Assisi, tempat Santo Fransiskus mendengar Kristus berbicara kepadanya dari salib: “Fransiskus, pergilah dan perbaikilah Gereja-Ku.”
Carlo menyukai gereja ini “karena dia memiliki cinta yang besar kepada jiwa-jiwa di api penyucian. Dia berdoa untuk jiwa-jiwa umat beriman itu,” kata Salzano.
Uskup Assisi, Domenico Sorrentino, mengumumkan pada 1 Oktober bahwa dapur umum untuk orang miskin akan dibuka tidak jauh dari tempat Acutis dimakamkan untuk menghormati pendiri Acutis.com-situs web untuk katalog mukjizat Ekaristi itu. Ia mengatakan, sehubungan dengan inisiatif itu, keuskupan yang dipimpinnya juga berencana memberikan dukungan tahunan untuk aksi-aksi amal di negara-negara berkembang.
“Carlo Acutis, seperti St. Fransiskus, memiliki kesamaan, selain cinta untuk Yesus dan khususnya Ekaristi, juga memiliki cinta yang besar untuk orang-orang miskin. Inilah alasan kami memutuskan bahwa, dalam keadaan seperti ini, kami harus meninggalkan jejak yang kuat; dan tidak ada tanda yang lebih baik selain amal kasih,” kata uskup itu.
Sejak kecil, Acutis memiliki rasa cinta yang istimewa kepada Tuhan, meski orang tuanya bukan orang yang taat dalam beragama. Ibunya berkata bahwa, sebelumnya, dia pergi Misa hanya pada saat Komuni Pertama, Krisma, dan Pernikahannya.
Carlo Acutis juga giat berdoa rosario. Setelah dia menerima Komuni Pertama pada usia 7 tahun, dia selalu pergi Misa. Dia pergi mengaku dosa setiap minggu. Seiring bertambah usia, dia mulai menghadiri Misa setiap hari, sering kali membawa serta orang tuanya.
“Dia telah menjadikan Ekaristi sebagai pusat hidupnya, dan dia mengarahkan kepada yang paling membutuhkan kasih yang dicurahkan Tuhan melalui dia,” kata Mgr. Sorrentino.
Saat remaja, Acutis didiagnosa menderita leukemia. Dia mempersembahkan penderitaannya itu untuk Paus Benediktus XVI dan Gereja, dengan mengatakan: “Aku mempersembahkan semua penderitaan yang harus aku derita untuk Tuhan, untuk paus, dan Gereja.”
Sr. Giovanna Negrotto, seorang suster Misionaris Cinta Kasih, yang sekarang berusia 86 tahun, juga berbagi kenangannya tentang Acutis dalam sebuah acara di Assisi.
Dia mengatakan bahwa Acutis menaruh minat yang besar pada pekerjaannya sebagai misionaris di India. Carlo memintanya untuk menunjukkan foto-foto “penderita kusta yang mengerikan” di Negara Barata itu.
Negrotto mengungkapkan pertanyaan terakhir yang disampaikan Acutis padanya: “Bagaimana menurutmu, apakah Tuhan lebih senang dengan pelayanan kepada yang terpinggirkan di dunia dengan murah hati dan tak kenal lelah, atau doa?”
Merujuk pada orang tua Acutis, Negrotto berkata: “Saya tidak akan pernah lupa pagi itu ketika Anda memberi tahu saya bahwa Carlo telah naik ke surga dan tentang bagaimana dia mempersembahkan hidupnya untuk paus dan untuk Gereja.”
“Dan kemudian saya menyadari bahwa Carlo telah memberikan jawaban atas pertanyaannya. ‘Pelayanan, Yes; doa, Yes,’ tetapi tidak ada yang memiliki cinta yang lebih besar dari seseorang yang memberikan hidupnya untuk teman-temannya,” katanya.
Ian Saf
Komentar